Skip to main content

Di balik Pemecatan Riedl




Riedl Mencintai Indonesia
Sebenarnya apa salah Alfred Riedl sampai dipecat? mungkin satu-satunya kesalahan pelatih asal Austria itu adalah, gagal membawa tim nasional Garuda menjuarai AFF. Saat itu, meski tampil gemilang dari babak penyisihan grup, Riedl gagal membuat happy ending karena kalah oleh Malaysia di partai puncak.

Namun, Riedl yang dikenal dingin meski anak asuhnya berhasil mencetak gol sebenarnya telah mencatatkan namanya di hati penggemar sepakbola tanah air. Ia bersama asistennya, Wolfgang Pikal memberikan apa yang telah lama dinanti Pecinta bola merah putih.

Sudah lama timnas tidak bermain dengan semangat seperti itu, sudah lama timnas tidak berlaga di final, sudah lama timnas tidak mengalahkan Thailand. Riedl? Ia mampu..

Namun, pasca runtuhnya era Nurdin Halid, jasa Riedl seperti terlupakan. Riedl mulai 'tidak dianggap' lagi sejak PSSI tengah dibelit masalah kongres yang berlarut-larut.

Sosok dinginnya Riedl
Setelah Nurdin resmi diberhentikan secara paksa, Indonesia malah tidak langsung lepas dari masalah. Justru muncul Arifin panigoro dan George Toisutta yang haus akan bekas kursi Nurdin, sang mantan Napi yang mencoreng nama PSSI di mata dunia. Munculnya kekuatan bernama Anggota Kelompok 78 itu bahkan sempat mengancam dihukumnya PSSI oleh FIFA lantaran dianggap tidak becus mengadakan kongres pemilihan ketua baru.

Mantan Sekjen PSSI, N Besoes
Kini, meski Panigoro tetap gagal menjadi ketua, ia sudah lebih dulu mewariskan hasrat tingginya itu kepada seseorang bernama Djohar Arifin Husin. Panigoro rela memberikan uangnya demi kemenangan Djohar. Pertanyaannya, pantaskah Djohar? tepatkan dia yang menjadi pemimpin PSSI?

Langkah pertamanya? 13 Juli 2011, memastikan Riedl tidak lagi mengarsiteki tim nasional, baik senior maupun u-23. Posisi Riedl digantikan oleh Wilhemnus Gerardus Rijsbergen, mantan pelatih PSM yang notabene berasal dari LPI, sebuah kompetisi di bawah komando Panigoro.

Sebuah keputusan yang sangat mengejutkan. Bahkan, Riedl sendiri bingung dan kaget karena merasa tidak ada pembicaraan terhadap dirinya mengenai pemecatan tersebut.

"Sampai sekarang tidak ada pengurus baru PSSI yang kontak saya. Tidak ada pertemuan atau rapat apapun. Ini aneh bagi saya," ungkap Riedl, di fX Plaza, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (15/7) petang.

Beberapa alasan dicari-cari, termasuk yang santer dikabarkan di media, bahwa tidak adanya data mengenai kontrak Riedl yang resmi. Djohar Sang Ketua Baru menyebutkankan alasannya bahwa Riedl dikontrak secara individu oleh Nirwan Bakrie, bukan oleh institusi PSSI.

Hal itu langsung dibantah Riedl. Menurutnya, dia dikontrak PSSI bukan oleh individu.

"Kontrak saya 100 persen jelas dengan PSSI. Ditandatangani Nirwan dan disaksikan Sekretaris Jenderal Nugraha (Besoes). Itu kontrak yang normal seperti yang pernah saya teken sebelum melatih di sini. Jika tidak, saya tentu tidak bersedia, karena jika terjadi apa-apa tentu saya tidak bisa mengadukannya ke FIFA," tutur pria asal Austria itu.

Meski sakit hati, Riedl akhirnya tetap menerima keputusan tersebut. Meski beredar kabar bahwa ia hendak melaporkannya kepada FIFA, Riedl mengaku ingin menyelesaikannya secara kekeluargaan terlebih dahulu.

Yang dituntut hanya dua, penjelasan dan kompensasi.

KOntrak Riedl sebenarnya baru akan habis pada 6 Mei 2012 (sejak Mei 2010). Artinya, PSSI harus membayar kompensasinya hingga tanggal tersebut. Gaji Riedl sendiri mencapai Rp127,8 juta per bulan.

Sementara itu, bagi Panigoro pemecatan Riedl dinilai tepat. Menurutnya, Riedl tidak mau bekerjasama. Menurutnya, gaji Riedl pun dinilai terlalu mahal, Ia juga mengatakan bahwa kontrak pelatih berusia 61 tahun itu tidak ada.

Djohar-Farid
Dengan menangnya Djohar yang disertai wakil Farid, pengaruh Panigoro terhadap PSSI sepertinya tidak bisa terelakkan. Bagaimanapun, Djohar dan Farid merupakan kepanjangan tangan Panigoro di Medco. Apalagi, kini kepengurusan PSSI banyak yang berasal dari kubunya.

Kini, sulit bagi Riedl untuk 'berteriak'. Ia hanya mengharapkan suatu penjelasan yang sebenarnya pun tidak jelas. Ia hanya bisa mengaku dirinya akan merindukan melatih tim nasional.

Andai ada musim waktu, mungkin kita bisa melihat langsung, apa yang terjadi saat itu. Saat Riedl bertemu dengan Nirwan Bakrie dan Nugraha Besoes. Benarkah hanya karena Riedl gagal di AFF lantas diputus kontrak?
Toisutta, Nurdin, Panigoro, dan Nirwan

Semasa memegang timnas, Riedl memang patuh terhadap FIFA dan PSSI. Ia tidak memanggil satu pun pemain yang terlibat di LPI. Inikah salah satu penyebabnya?

Wim Rijsbergen
Timnas di tangan Wim kini tengah berlaga di Pra Piala Dunia. Latar belakang Wim sebenarnya tidak jelek. Ia pernah melatih tim Ajax junior. Prestasi terhebatnya adalah membawa negara sekelas Trinidad Tobago melenggang ke pentas Piala Dunia 2010.

Ujian pertamanya bersama tim Garuda bahkan dilalui dengan manis. Ia berhasil meloloskan tim nasional ke fase grup pertama pra piala Dunia zona Asia setelah mengalahkan Turkmenistan.

Alfred Riedl
Indonesia kini berada satu grup bersama Iran, Bahrain, dan Qatar. Setidaknya, dunia akan kembali mendengar sayup-sayup teriakan 'Garuda di Dadaku" saat si Merah Putih berjuang untuk mengharumkan bangsa.

Mungkin Wim memang hebat, tapi melihat permainan Indonesia tidak begitu berbeda seperti saat dilatih Riedl. Ini warisan Riedl. Ia telah mewariskan disiplin yang bagus untuk timnas. Semoga saja..harapan itu ada..dan menjadi nyata. Terima Kasih Riedl.

Comments

Popular posts from this blog

Arwah Bidan Rumah Sakit

Sebut saja Bunda, nama seorang ibu yang ingin melahirkan di salah satu rumah sakit (RS) di Depok. Kebetulan ibu ini adalah seorang bidan. Dan kebetulan juga ia bidan RS ini. Usianya terbilang muda untuk ukuran ibu beranak satu. Anak pertamanya masih berusia dua setengah tahun. Dan di RS, Bunda memiliki catatan yang baik. Ia pun disegani karyawan lain, baik rekan bidan, dokter, perawat, hingga staf penunjang RS lainnya. Namun, di sela rasa syukur akan karier dan anugerahnya, Bunda kerap kecewa dengan perhatian suaminya. Ya, menurut cerita, suaminya tidak memberikan perhatian lebih layaknya kepada ibu hamil. Dan kata cerita itu, suaminya tidak terlalu senang dengan kehadiran anak keduanya ini. Entah sebabnya. Hingga akhirnya waktu yang dinanti itu tiba-tiba datang lebih cepat. Belum sembilan bulan, sang bayi harus cepat-cepat dikeluarkan. Ini tidak normal, bukan panggilan alami, melainkan karena "sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan sang ibu dan bayi". Mungkin ka

Percuma

Cerita Tiga Paragraf "Eh, lo biasa aja dong mukanya, gak usah songong di daerah gua!", ujar seorang siswa kepada wartawan yang berdemo di depan sekolahnya. Wartawan itu bermaksud meminta pertanggungjawaban pihak sekolah sekaligus mencari oknum siswa yang melakukan pemukulan terhadap pewarta berita di hari sebelumnya. Wartawan, Siswa, dan Keamanan "Wartawan pulang aja! Ga usah buat masalah di sini," teriak salah satu siswa lainnya. Meski didesak, pihak kuli tinta yang kalah jumlah tersebut tetap mengusung jalan damai dan berusaha tidak larut dalam emosi. Kepada polisi, Wartawan minta pihak berwenang menindak aksi brutal siswa SMA tak berbudi itu yang kembali menyerang pendemo. Di tengah kericuhan, tiba-tiba terdengar suara yang berasal dari kubu siswa, "Percuma lo pake polisi, bapak gua Jenderal!".

Bertahan Hidup

 Cerita Tiga Paragraf "Bang, kenapa memilih jadi pembunuh bayaran? Kenapa harus jadi pembunuh? Banyak cara mencari sesuap nasi, Bang," tanya seorang adik kepada abangnya yang hendak pamit untuk 'bekerja'. Sambil berpamitan, sang Abang memberikan sejumlah uang yang dikeluhkan adiknya kepada Tuhan. Si Abang, tidak sepertinya adiknya yang beristri dan beranak tiga. Ia merasa sudah puas mampu menjalankan amanat almarhum orangtuanya: menjaga dan merawat adiknya. "Aku gak mau uang ini, Bang. Kasian anak aku kalau harus minum susu dari uang ini," demikian sang Adik menolak dengan pesan larangan yang tersirat. "Aku juga ingin Abang tetap hidup, berkeluarga, dan bekerja layaknya orang banyak. Jangan main-main dengan bahaya, Bang" lanjutnya. Dunia ini menawarkan kekerasan. Abang ini hanya menelannya saja," terang sang Abang. "Lagipula, kalau sudah dalam zona perang ini, hidup dan mati itu bedanya tipis," lanjutnya dengan tatapan k