Skip to main content

Foto

Cerita Tiga Paragraf

"Bisa nyetir gak sih!!" Bentak seorang pengendara motor yang tersenggol mobil di sampingnya. Keadaan malam itu macet parah disertai gerimis. Baru pulang lembur, Anto, si pengendara motor, berusaha meredam emosinya setelah sadar bahwa yang dibentaknya ternyata seorang wanita tua, mungkin juga seorang ibu. Ia lalu kembali mengenakan helmnya. Setelah berdiam sejenak, ibu itu membalas bentakan Anto. "Rangga? Ranggaaa..," Teriak ibu itu yang langsung keluar dari mobilnya. Anto sontak bingung, siapa Rangga?




"Kamu Rangga, nak..," ucap ibu itu sambil mendekatinya. Karena kejadian tersebut di tengah jalan, klakson dari kendaraan lain pun tak terhindarkan. Amarah, bingung, dan tak nyaman diklaksoni, Anto memutuskan pergi meninggalkan ibu itu.


"Ranggaaa, ini Ibu. Jangan Pergi!!" teriak sang pengendara mobil ke arah Anto yang menjauh. Dengan tidak menghiraukan klakson dan makian orang lain, ibu itu masuk dan memindahkan mobilnya ke tepi jalan. Ia menangis sambil memandang foto. Foto Rangga, anaknya yang mirip atau bahkan mungkin memang Anto.

Comments

Popular posts from this blog

Arwah Bidan Rumah Sakit

Sebut saja Bunda, nama seorang ibu yang ingin melahirkan di salah satu rumah sakit (RS) di Depok. Kebetulan ibu ini adalah seorang bidan. Dan kebetulan juga ia bidan RS ini. Usianya terbilang muda untuk ukuran ibu beranak satu. Anak pertamanya masih berusia dua setengah tahun. Dan di RS, Bunda memiliki catatan yang baik. Ia pun disegani karyawan lain, baik rekan bidan, dokter, perawat, hingga staf penunjang RS lainnya. Namun, di sela rasa syukur akan karier dan anugerahnya, Bunda kerap kecewa dengan perhatian suaminya. Ya, menurut cerita, suaminya tidak memberikan perhatian lebih layaknya kepada ibu hamil. Dan kata cerita itu, suaminya tidak terlalu senang dengan kehadiran anak keduanya ini. Entah sebabnya. Hingga akhirnya waktu yang dinanti itu tiba-tiba datang lebih cepat. Belum sembilan bulan, sang bayi harus cepat-cepat dikeluarkan. Ini tidak normal, bukan panggilan alami, melainkan karena "sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan sang ibu dan bayi". Mungkin ka...

Bingung Harus Apa

Cerita Tiga Paragraf Setelah menyusuri jalan yang ia lalui, akhirnya Doni menyerah. Tidak hanya uang, tetapi ATM, kartu kredit, dan dokumen penting lainnya lenyap bersama tas yang jatuh dari motornya itu. Doni menyesal tidak sadar bahwa tasnya yang disangkutkan di motor telah jatuh di jalan. Mungkin, bukan uang atau kartu yang membuatnya terpukul, tapi file penting--nasib seribu karyawan kantornya. Ia duduk lemas di halte, memandangi motor yang jauh dari cukup untuk mengganti semua kerugian di depan mata. Tiba-tiba, dengan napas setengah hilang, seorang pria berpakaian lusuh menghampiri Doni. "Pak..Pak," ujar bapak paruh baya itu. "Ini tas Bapak kan?" Tanyanya sambil menyerahkan koper hitam kepada Doni. Doni langsung menerimanya, membukanya, dan mengeceknya. Semua lengkap. Doni tidak tahu harus berbuat apa, berkata apa, dan beri hadiah apa. Hanya uang yang terpikir di benaknya. Lima lembar seratus ribu rupiah disodorkan ke bapak penyelamatnya itu. Namun, ba...

Benar Salah

 Cerita Tiga Paragraf Setelah Pak Rasyid, dosen Sejarah Kesusastraan Indonesia, menerangkan panjang lebar, ia lalu melontarkan pertanyaan pada kelasku. "Kalian tahu kan, penulis roman Azab dan Sengsara?" tanya dosenku itu sambil tersenyum. Tak asing. Roman ini sepertinya pernah kubaca sinopsisnya sepintas. Dalam hati kuberpikir roman ini dibuat jauh sebelum 1945. Sambil memegang kepala dan memejamkan mata, aku berusaha mengingatnya. "Sepertinya sastrawan angkatan 20," gumamku pelan. Merari.. Merari.. Merari Siregar! Yah, Merari Siregar. Merari Siregar Tapi, apa benar ya? Ketidakyakinanku dominan di pikiran. Inginku angkat tangan dan menyebutkan jawabanku, tapi aku takut salah, pasti memalukan. Benar tidak, ya? Aduh. Dan akhirnya, "Masa kalian tidak tahu?" keluh dosenku. "Ck..aduh, kalian ini. Apa sih yang kalian baca? Pengarangnya itu Merari Siregar!"