Cerita Tiga Paragraf
"Silakan Bapak dan Ibu memindahkan barang-barang penting yang bisa dibawa. Seperti yang sudah kami peringatkan, tanah ini milik pemerintah dan dilarang keras mendirikan bangunan apapun," ujar seorang petugas berseragam cokelat. Meski diancam dengan buldozer, para pedagang yang membangun toko kecil di lahan kontroversi itu tak segera pergi dari sana.
Dengan membentuk barisan pagar manusia, mayoritas pedagang makanan itu bersikeras mempertahankan usaha toko kecil mereka. Namun, apalah daya yang bisa dilakukan pedagang tanpa surat-surat itu. Setelah sempat adu argumen dan fisik, mereka yang kalah jumlah pun harus merelakan tokonya rata dengan tanah. Hanya sedikit barang yang bisa diselamatkan.
Sambil tergopoh-gopoh, seorang pemuda dari kalangan pedagang, dengan lantang dan isak tangis yang tak tertahan, bertanya ke arah petugas. "Mau dibangun apa lahan ini? Kapan? Nanti? Besok? Tidak bisa nunggu kami mengeluarkan dagangan?" ujarnya.
"Silakan Bapak dan Ibu memindahkan barang-barang penting yang bisa dibawa. Seperti yang sudah kami peringatkan, tanah ini milik pemerintah dan dilarang keras mendirikan bangunan apapun," ujar seorang petugas berseragam cokelat. Meski diancam dengan buldozer, para pedagang yang membangun toko kecil di lahan kontroversi itu tak segera pergi dari sana.
Dengan membentuk barisan pagar manusia, mayoritas pedagang makanan itu bersikeras mempertahankan usaha toko kecil mereka. Namun, apalah daya yang bisa dilakukan pedagang tanpa surat-surat itu. Setelah sempat adu argumen dan fisik, mereka yang kalah jumlah pun harus merelakan tokonya rata dengan tanah. Hanya sedikit barang yang bisa diselamatkan.
Sambil tergopoh-gopoh, seorang pemuda dari kalangan pedagang, dengan lantang dan isak tangis yang tak tertahan, bertanya ke arah petugas. "Mau dibangun apa lahan ini? Kapan? Nanti? Besok? Tidak bisa nunggu kami mengeluarkan dagangan?" ujarnya.
Comments
Post a Comment